Minggu, 02 Juni 2013

Mau-nya Gratis, Berarti Mmemiliki Kesempatan Kecil Untuk Menjadi Mampu Membeli

Dia yang mau-nya hanya yang gratis, memiliki kesempatan kecil untuk menjadi mampu membeli.
 
………..
 
Dia yang mau-nya hanya yang gratis, memiliki kesempatan kecil untuk menjadi mampu membeli.
 
 

 
Ingatlah bahwa yang menjadi fokus Anda, akan tumbuh.
 
Maka orang yang memfokuskan seluruh perhatiannya hanya untuk menemukan kesempatan makan gratis, menonton gratis, baju gratis, menginap gratis, tumpangan kendaraan gratis, pulsa telepon gratis, dan semua yang gratis,
 
akan kehabisan stamina mental dan tenaga fisik yang dibutuhkannya untuk membangun nilai pribadi yang menjadikannya pantas dibayar.
 
Dengan ketertarikan untuk tidak membayar, dia menjadikan dirinya tidak memiliki kualitas yang pantas untuk dibayar.
 
Karena dia dihargai rendah oleh lingkungannya, dia semakin tersemangati untuk mengupayakan apa pun yang tidak harus dibayar.
 
Maka menjadi semakin ahli-lah dia dalam mencari yang gratis-gratis, dan semakin tidak memiliki waktu dan energi untuk mampu melakukan apa pun yang memantaskannya bagi bayaran.
 
Tetapi …,
 
kemudian …,
 
dia menyalahkan kehidupan.
 
Dalam keluhan panjangnya, yang mengisi masa-masa panjang penantian datangnya yang gratis,
 
dia mengeluhkan ketidak-adilan dunia, dia menyalahkan pemerintah, dia menyalahkan orang tua yang tidak kaya, dia belajar membenci orang-orang yang menjadi kaya karena kejujuran dan kerja keras, yang dituduhnya tidak bersedekah.
 
Dia menyalahkan semua orang kecuali dirinya.
 
Tetapi,
 
dia kecewa dengan diri dan kehidupannya.
 
Dan tetapi lagi,
 
setiap kali orang menawarkan pekerjaan yang akan menjadikannya berhak bagi bayaran, dia akan bertanya:
 
Boleh minta mentahan-nya saja?
 
Langsung sajalah, ada uangnya nggak? Uang dulu dong, baru kerja!
 
Kalau ada uang, baru kita bicara!
 
(tetapi, menurut yang pernah berhubungan dengannya,
setelah menerima uang, dia akan ingkar janji …)
 
………..
 
Untuk orang seperti ini, seribu malaikat pun tidak akan bisa membantunya.
 
………..
 
Lalu, lihatlah satu rekan kita yang lain,
 
Yang bekerja keras mengupayakan pendapatan yang penuh berkah bagi keluarganya,
 
yang mungkin mengeluh juga karena kecilnya pendapatan,
 
tetapi, tidak mengurangi kesungguhan kerjanya,
 
karena dia sadar, bahwa semakin kecil yang didapatnya, harus semakin keras dia bekerja.
 
Dia selalu mengulangi nasehat dari seorang rekannya yang lebih tua darinya; bahwa
 
Jika kecil yang kau hasilkan, harus semakin besar kesungguhan kerja mu.
 
Jika engkau setia dengan nasehat ini, engkau akan menghasilkan lebih untuk pekerjaan yang sama.
 
Dan jika engkau tetap setia dengan nasehat ini, engkau akan akhirnya menghasilkan lebih,
untuk sedikit pekerjaan yang dikerjakan oleh orang lain untuk mu.
 
………..
 
Maka janganlah hanya menginginkan yang mudah.
 
Janganlah keinginan mu untuk yang mudah, menjauhkanmu dari belajar menguasai yang sulit.
 
Sesungguhnya, karena kemampuan mu lebih besar daripada semua kesulitan mu, kehidupan ini yang sebetulnya sama sulitnya bagi semua orang, akan tampil sangat mudah bagi mu, dan akan berlaku sangat ramah kepada mu.
 
………..
 
Inginkanlah yang mudah, tetapi jangan lupakan keharusan mu untuk menjadi lebih kuat.
 
Bukan pemberian yang mudah yang akan memudahkan hidup mu,
tetapi kemampuan yang menjadikan mu pantas bagi semua pemberian besar - yang tidak mudah untuk didapat itu, yang akan menjadikan mu penegak kehidupan yang berjaya.
 
………..
 
Sekarang,
 
berdirilah tegap, berjalanlah gagah, tataplah dunia dengan ketajaman mata mu yang ramah, berbicaralah dengan kelembutan yang tegas, berlakulah dengan penuh hormat, dan muliakanlah setiap jiwa yang kau sentuh.
 
Sana …,
 
jadikanlah diri mu berguna.
 
Bergaullah engkau,
bersahabatlah dan libatkanlah diri mu dalam pergaulan dengan orang-orang baik,
lakukanlah yang baik,
upayakanlah rezeki yang baik,
tumbuhlah dalam kerja keras yang menggembirakan mereka yang kau layani,
lalu pulanglah engkau dengan perasaan damai,
kembali ke rumah untuk mengistirahatkan diri dan hati mu,
dalam pelukan penuh canda dan tawa
bersama belahan-belahan jiwa mu yang kau sebut keluarga itu.
 
………..
 
Adikku yang dititipkan ibumu kepada ibuku,
 
Sayangilah diri mu, sebagaimana Tuhan menyayangi mu,
agar Tuhan melengkapkan pemuliaan diri dan kehidupan mu,
sebagaimana yang telah direncanakan-Nya bagi mu, bahkan jauh sebelum kelahiran mu.
 
Hati mu memberi-tahu mu, bahwa Tuhan menyayangi mu, dengan menggantungkan air mata di pelupuk mu, dan memasang penyekat di tenggorokan mu.
 
Ikhlaskanlah diri mu bagi pemuliaan oleh Tuhan.
 
Jangan tolak pengertian tulus dari hati mu.
 
Engkau jiwa yang terkasih bagi Tuhan.
 
Maka muliakanlah penciptaan mu, dengan menghindarkan diri mu dari bersikap dan berlaku yang tidak memuliakan diri mu sendiri.
 
………..
 
Sahabat-sahabat saya yang dikasihi Tuhan,
 
Begitu dulu ya?
 
Mudah-mudahan catatan sederhana di atas dapat menemani Anda dalam membangun kesadaran dan penghormatan yang tinggi mengenai nilai Anda bagi kebaikan kehidupan banyak orang.
 
Berlakulah penuh hormat kepada diri Anda sendiri.
Dia adalah orang besar, yang sedang menantikan pembesaran yang menjadi tanggung-jawab Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Isi